Pernah denger atau liat postingan tentang #SaveMaryam ?
Sebenernya itu beneran ada ga sih?
Jawabnya: ada kok :)
Gerakan #SaveMaryam sudah diklarifikasi dan memang benar keberadaannya oleh Ustadz Salim A. Fillah dkk (jazakumullahu khairan!)
Silahkan cek kultwit Ustadz Salim A. Fillah (@salimafillah) di sini
Sebelum klarifikasi lewat kultwit, ada yang mendukung dan langsung menyebarkan video-video #SaveMaryam.
*Eh, udah pada liat belum? Kalo belum, silahkan cek di sini *
TAPI, ada juga yang meragukan "keshahihan" gerakan ini.
Kalau saya perhatikan, rata-rata meragukan klaim bahwa ada 2 juta muslim yang murtad tiap tahunnya.
Banyak yang mempertanyakan data ini, bagaimana perolehan data 2 jt itu tepatnya, mengingat angka tersebut cukup "bombastis". (dan terakhir, dari TL Ustadz Salim A. Fillah dapet press release-nya soal data itu, sila cek ini).
Apalagi organisasi itu tidak "terlihat" di Indonesia, pun tidak ada lembaga resmi di Indonesia yang mensosialisasikan gerakan ini.
Saya ga akan membahas lebih jauh isi kultwit itu, tapi ingin membahas respon atas gerakan ini.
Saya yakin bahwa teman-teman yang langsung menyebarkan isu ini (sebelum klarifikasi dari Ust. Salim A. Fillah) adalah para muslim yang sangat mencintai Islam dan berniat baik ingin menjaga akidah kaum muslim di Indonesia.
Saya juga yakin, keraguan yang muncul terhadap gerakan ini bukanlah su'udzon, melainkan bentuk kewaspadaan dan kehati-hatian.
Hal tersebut wajar mengingat angka 2 juta memang kurang jelas perolehannya dan, seperti yang diucapkan Ust. Salim pada kultwit-nya, pernah ada gerakan serupa eh dananya malah digunakan untuk permurtadan.
Btw, saya berterimakasih pada mereka yang meragukan gerakan ini karena kalo ga banyak yang ragu, ga akan di klarifikasi kali yee. Hehehehe.
Klarifikasi itu penting untuk setiap informasi yang kita terima, sebelum memutuskan suatu tindakan. Niat baik yang tidak tepat dalam pelaksanaannya, ujungnya akan salah juga kan? Bukannya membawa kebaikan bisa jadi membawa kemudharatan.
Dan klarifikasi ini menurut saya adalah sebuah proses dari berpikir kritis, dimana seseorang tidak begitu saja menerima/ menolak sesuatu melainkan melihat fakta-fakta yang ada terlebih dahulu (melalui klarifikasi) baru kemudian mengambil suatu keputusan. Intinya, berhati-hati menanggapi suatu isu atau informasi yang diterima. Contohnya nerima berita dari media yang suka lebay. Penanggapan secara emosional tanpa klarifikasi terlebih dahulu ujungnya cuma sia-sia aja menurut saya. Bisa diliat waktu media memberitakan beberapa pernyataan dalam pidato Pak Marzuki Ali yang isinya dianggap "menuduh" alumni UI sebagai koruptor, bisa cek di postingan saya sebelumnya Media Lebay .
Dengan kata lain, kita perlu membiasakan diri untuk berpikir kritis dalam kehidupan ini, bukannya hanya dipakai di dalam ruang kuliah saja *ngomong sama cermin, mantul deh omongannya*
Sederhana saja menurut saya, biasakan tiap mendapat informasi, cek apakah informasi yang didapat berasal dari referensi yang sekiranya kredibel (dari hasil penelitian, data ilmiah, omongan seorang ahli, dll *dan bukan dari wikipedia tentunya.hehehe*)
Dalam kasus #SaveMaryam ini, selain mempertanyakan referensi data yang dikemukakan, ya dilihat kalau memang ini tentang Muslim Indonesia, apakah secara resmi gerakan ini memang diakui oleh lembaga/institusi atau Ustadz yang memang kredibel dan dapat dijadikan panutan (punya track record pemahaman Islam yang baik dan ga nyeleneh kayak orang-orang begaJILan itu. hehehe)
Beruntung kali ini gerakan #SaveMaryam benar adanya sehingga (mungkin) tidak ada penyesalan bagi yang sudah menyebarkan isu ini.
Btw, mau OOT dikit nih, ada yang ngikutin gerakan anti-vaksin vs pro-vaksin?
Karena ini menyangkut anak saya kelak (ehem) jadi saya ngikutin page nya di FB, namanya GESAMUN , GErakan SAdar iMUNisasi.
Silahkan cek grupnya dan tarararaaaaaam! Anda akan puyeng melihat komen-komen yang ada, termasuk saya! Hehehe.
Saya sih termasuk pro-vaksin, mengingat alasan-alasan yang dikemukakan menurut saya rasanya lebih bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis *meskipun tertatih memahami kata-demi-kata*
Mencermati pendapat para anti-vaks, sebenarnya saya terharu ada yang sebegitu "gigih" menjalankan apa-apa yang dilakukan Rasul di zamannya terkait penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan secara plek-plek an, sama persis!.
Di sisi lain, saya menyayangkan "kenyinyiran" dan prasangka buruk mereka akan vaksin, yang katanya adalah bentuk konspirasi Yahudi dan kawan-kawan. Padahal ada dokter muslim yang cukup kredibel yang juga mendukung vaksin.
Gawat juga sebenernya kalo apa-apa dikaitin sama konspirasi Yahudi, pada "keracunan" isu-isu konspirasi nih. Bahkan saya sempat berpikir, apa jangan-jangan ini merupakan konspirasi kaum Zionis, mencekoki umat muslim dengan "kisah-kisah" konspirasi Yahudi sehingga melalaikan umat muslim yang seharusnya sibuk mempelajari Al-Qur'an malah sibuk berkutat dengan penelusuran konspirasi Yahudi. Bisa aja loh << ini sendirinya keracunan teori konspirasi juga kayanyaaa~
Dari dua fenomena tersebut, #SaveMaryam dan soal Vaksin, saya sedikit khawatir akan satu hal yang saya rasa menjadi kelemahan kita (ya, termasuk saya juga kok, tenaaang :p) sebagai umat muslim di Indonesia.
Kesimpulan sementara saya, kita terkadang (emmm,sering sih) terlalu emosional dalam menanggapi isu-isu yang ada sehingga menjadi "sembrono" dalam berespon.
Semangat membela agama tidak dibarengi dengan ilmu dan upaya berpikir kritis.Bahkan terkesan ngotot, "buta" akan bukti-bukti ilmiah (mau bukti? tuh liat page GESAMUN. Siap-siap istigfar banyak. hehehe).
Bukankah logika ini yang menjadi kelebihan kita sebagai manusia?
Yuk dipakai, jangan dianggurin aja, dia sedih tau dicuekkin mulu.hehehe.
Ya, meskipun ada hal-hal yang memang kalo dipikir-pikir sulit untuk logika manusia, seperti peristiwa Isra Mi'raj misalnya. Kita harus belajar membedakan, mana yang sekiranya dapat diusahakan dengan akal, mana yang tidak *lagi-lagi mantul ke diri sendiri nih*
Mari bersama-sama belajar berpikir kritis, jadi muslim harus cerdaaas! ingat, klarifikasi itu penting :)
*NOTED TO YOURSELF, AISYAH IBADI!!!!!*
Sekian curhatan dari saya, mohon maaf jika ada kata/ kalimat yang menyinggung. Maaf jika ada yang merasa digurui oleh tulisan ini. Maaf yaa, ga maksud. Sekedar unek-unek di hati yang ingin dikeluarkan sajaa :)
P.S:
Meskipun benar adanya gerakan #SaveMaryam ini, saya agak sungkan membicarakannya di forum terbuka seperti social media (barusan nge-tweet tentang ini juga rada ga nyaman perasaannya, meskipun berdiskusi hanya dengan sesama muslim, tetep aja kan yang non-muslim bisa memperhatikan dan meskipun isinya tidak ada yang menjurus 'benci' terhadap mereka yang non-muslim).
Kenapa?
Saya takut, penyebaran isu ini bisa berdampak adanya orang-orang yang langsung menyalahkan satu agama yang melakukan permurtadan itu.
Kemudian menjadi salah fokus, bukannya menginstrospeksi diri (apakah sudah menjadi rahmatan lil muslimin?) malahan mencaci maki pihak yang "itu".
Tapi kalo ga disebar orang-orang ga aware soal ini dong?
Mungkin solusinya, saat menyebarkan isu perlu ada semacam "warning" bahwa fenomena ini sudah selayaknya dijadikan momentum untuk berkaca, kemana saja kita (umat muslim) selama ini hingga begitu banyak saudara kita yang berpaling dariNya? Jangankan menjadi rahmatan lil alamin, sudahkah kita menjadi rahmat bagi sesama muslim ?
Wallahua'lam bish-shawab.
Saya juga yakin, keraguan yang muncul terhadap gerakan ini bukanlah su'udzon, melainkan bentuk kewaspadaan dan kehati-hatian.
Hal tersebut wajar mengingat angka 2 juta memang kurang jelas perolehannya dan, seperti yang diucapkan Ust. Salim pada kultwit-nya, pernah ada gerakan serupa eh dananya malah digunakan untuk permurtadan.
Btw, saya berterimakasih pada mereka yang meragukan gerakan ini karena kalo ga banyak yang ragu, ga akan di klarifikasi kali yee. Hehehehe.
Klarifikasi itu penting untuk setiap informasi yang kita terima, sebelum memutuskan suatu tindakan. Niat baik yang tidak tepat dalam pelaksanaannya, ujungnya akan salah juga kan? Bukannya membawa kebaikan bisa jadi membawa kemudharatan.
Dan klarifikasi ini menurut saya adalah sebuah proses dari berpikir kritis, dimana seseorang tidak begitu saja menerima/ menolak sesuatu melainkan melihat fakta-fakta yang ada terlebih dahulu (melalui klarifikasi) baru kemudian mengambil suatu keputusan. Intinya, berhati-hati menanggapi suatu isu atau informasi yang diterima. Contohnya nerima berita dari media yang suka lebay. Penanggapan secara emosional tanpa klarifikasi terlebih dahulu ujungnya cuma sia-sia aja menurut saya. Bisa diliat waktu media memberitakan beberapa pernyataan dalam pidato Pak Marzuki Ali yang isinya dianggap "menuduh" alumni UI sebagai koruptor, bisa cek di postingan saya sebelumnya Media Lebay .
Dengan kata lain, kita perlu membiasakan diri untuk berpikir kritis dalam kehidupan ini, bukannya hanya dipakai di dalam ruang kuliah saja *ngomong sama cermin, mantul deh omongannya*
Sederhana saja menurut saya, biasakan tiap mendapat informasi, cek apakah informasi yang didapat berasal dari referensi yang sekiranya kredibel (dari hasil penelitian, data ilmiah, omongan seorang ahli, dll *dan bukan dari wikipedia tentunya.hehehe*)
Dalam kasus #SaveMaryam ini, selain mempertanyakan referensi data yang dikemukakan, ya dilihat kalau memang ini tentang Muslim Indonesia, apakah secara resmi gerakan ini memang diakui oleh lembaga/institusi atau Ustadz yang memang kredibel dan dapat dijadikan panutan (punya track record pemahaman Islam yang baik dan ga nyeleneh kayak orang-orang begaJILan itu. hehehe)
Beruntung kali ini gerakan #SaveMaryam benar adanya sehingga (mungkin) tidak ada penyesalan bagi yang sudah menyebarkan isu ini.
Btw, mau OOT dikit nih, ada yang ngikutin gerakan anti-vaksin vs pro-vaksin?
Karena ini menyangkut anak saya kelak (ehem) jadi saya ngikutin page nya di FB, namanya GESAMUN , GErakan SAdar iMUNisasi.
Silahkan cek grupnya dan tarararaaaaaam! Anda akan puyeng melihat komen-komen yang ada, termasuk saya! Hehehe.
Saya sih termasuk pro-vaksin, mengingat alasan-alasan yang dikemukakan menurut saya rasanya lebih bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan logis *meskipun tertatih memahami kata-demi-kata*
Mencermati pendapat para anti-vaks, sebenarnya saya terharu ada yang sebegitu "gigih" menjalankan apa-apa yang dilakukan Rasul di zamannya terkait penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan secara plek-plek an, sama persis!.
Di sisi lain, saya menyayangkan "kenyinyiran" dan prasangka buruk mereka akan vaksin, yang katanya adalah bentuk konspirasi Yahudi dan kawan-kawan. Padahal ada dokter muslim yang cukup kredibel yang juga mendukung vaksin.
Gawat juga sebenernya kalo apa-apa dikaitin sama konspirasi Yahudi, pada "keracunan" isu-isu konspirasi nih. Bahkan saya sempat berpikir, apa jangan-jangan ini merupakan konspirasi kaum Zionis, mencekoki umat muslim dengan "kisah-kisah" konspirasi Yahudi sehingga melalaikan umat muslim yang seharusnya sibuk mempelajari Al-Qur'an malah sibuk berkutat dengan penelusuran konspirasi Yahudi. Bisa aja loh << ini sendirinya keracunan teori konspirasi juga kayanyaaa~
Dari dua fenomena tersebut, #SaveMaryam dan soal Vaksin, saya sedikit khawatir akan satu hal yang saya rasa menjadi kelemahan kita (ya, termasuk saya juga kok, tenaaang :p) sebagai umat muslim di Indonesia.
Kesimpulan sementara saya, kita terkadang (emmm,sering sih) terlalu emosional dalam menanggapi isu-isu yang ada sehingga menjadi "sembrono" dalam berespon.
Semangat membela agama tidak dibarengi dengan ilmu dan upaya berpikir kritis.Bahkan terkesan ngotot, "buta" akan bukti-bukti ilmiah (mau bukti? tuh liat page GESAMUN. Siap-siap istigfar banyak. hehehe).
Bukankah logika ini yang menjadi kelebihan kita sebagai manusia?
Yuk dipakai, jangan dianggurin aja, dia sedih tau dicuekkin mulu.hehehe.
Ya, meskipun ada hal-hal yang memang kalo dipikir-pikir sulit untuk logika manusia, seperti peristiwa Isra Mi'raj misalnya. Kita harus belajar membedakan, mana yang sekiranya dapat diusahakan dengan akal, mana yang tidak *lagi-lagi mantul ke diri sendiri nih*
Mari bersama-sama belajar berpikir kritis, jadi muslim harus cerdaaas! ingat, klarifikasi itu penting :)
*NOTED TO YOURSELF, AISYAH IBADI!!!!!*
Sekian curhatan dari saya, mohon maaf jika ada kata/ kalimat yang menyinggung. Maaf jika ada yang merasa digurui oleh tulisan ini. Maaf yaa, ga maksud. Sekedar unek-unek di hati yang ingin dikeluarkan sajaa :)
P.S:
Meskipun benar adanya gerakan #SaveMaryam ini, saya agak sungkan membicarakannya di forum terbuka seperti social media (barusan nge-tweet tentang ini juga rada ga nyaman perasaannya, meskipun berdiskusi hanya dengan sesama muslim, tetep aja kan yang non-muslim bisa memperhatikan dan meskipun isinya tidak ada yang menjurus 'benci' terhadap mereka yang non-muslim).
Kenapa?
Saya takut, penyebaran isu ini bisa berdampak adanya orang-orang yang langsung menyalahkan satu agama yang melakukan permurtadan itu.
Kemudian menjadi salah fokus, bukannya menginstrospeksi diri (apakah sudah menjadi rahmatan lil muslimin?) malahan mencaci maki pihak yang "itu".
Tapi kalo ga disebar orang-orang ga aware soal ini dong?
Mungkin solusinya, saat menyebarkan isu perlu ada semacam "warning" bahwa fenomena ini sudah selayaknya dijadikan momentum untuk berkaca, kemana saja kita (umat muslim) selama ini hingga begitu banyak saudara kita yang berpaling dariNya? Jangankan menjadi rahmatan lil alamin, sudahkah kita menjadi rahmat bagi sesama muslim ?
Wallahua'lam bish-shawab.
2 comments:
disini dapat dibaca klarifikasi dari program #SaveMaryam
wah,terimakasih banyak untuk tambahan referensinya :)
Post a Comment