Hikmah Adz Dzariyat 56-58
Narasumber : K.H. Akhyar Syuhada
Tulisan ini merupakan rangkuman pribadi dari apa yang saya
dengar/ dapat dari narasumber. Sangat mungkin banyak kekurangannya untuk itu
saya sangat terbuka dan berterimakasih untuk segala tanggapan, koreksi dan
sarannya J
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ
أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
(58)
“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk
dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya
Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.”
(QS. Adz Dzariyat: 57-58)
Allah menyuruh manusia beribadah bukan untuk kepentingan Allah, tetapi untuk kepentingan manusia
sendiri karena dengan dengan beribadah kepada Allah manusia akan meningkat
menjadi mulia (mampu membedakan antara dirinya dan hewan/ makhluk lain).
Sejenak terpikirkan oleh saya, bahwa memang setiap ibadah
yang diperintahkan Allah dan dianjurkan RasulNya akan kembali kepada manusia
sendiri. Misalnya, sholat yang dijalankan sungguh-sungguh akan membawa
ketenangan batin tersendiri, menjadi strategi coping yang ampuh dikala masalah
mendera, penenang batin saat dihadapkan pada pilihan yang sulit (sholat
istikharah) ataupun sekadar luapan rasa
syukur untuk nikmat dan karuniaNya karena melalui sholat-lah kita berkomunikasi
dengan Allah. Begitu pula dengan zakat. Selain memberi kepada orang lain,
menurut saya saat berbagi itu sebenarnya kita pun “memberi” kepada diri kita
sendiri, dimana saat berbagi itu ada perasaan senang yang kita alami, menambah
kelembutan dan kepekaan hati kita akan mereka yang membutuhkan pertolongan.
Berzakat tidak hanya sekedar menjalankan kepatuhan, tetapi pada akhirnya
mengingatkan kita bahwa karunia Allah untuk kita begitu besar sehingga
menerbitkan rasa syukur. Dan bagi saya, rasa syukur itu menenangkan *bener
kaan, ujung-ujungnya dampak ibadah akan kembali pada diri kita?hehehe*
Tidak rugi bagi Allah jika manusia tidak beribadah kepada
Allah, justru manusia-lah yang akan merugi.
Sebenarnya, kita lah yang butuh beribadah kepada Allah
#notetomyself
Adapun pengertian Ibadah dari hasil pemikiran para ulama:
Ibadah itu adalah
merendahkan diri, yang timbul dari perasaan hati, disebabkan agungnya yang
disembah karena mempunyai keyakinan bahwasanya Dia yang disembah mempunyai
kekuasaan yang tidak terjangkau oleh akal hakekat keagungannya (kekuasaannya)
itu.
Contohnya, ketika butuh tempat menginap kita bertemu seseorang
lalu berkenalan. Dari penampilannya terlihat orang biasa saja. Ia menawarkan
pada kita untuk menginap di rumahnya. Sesampainya di rumah kenalan itu,
ternyata dia adalah seorang yang kaya raya, rumahnya mewah, fasilitasnya sangat
bagus, kekayaan yang kita saja tak pernah membayangkannya. Apa yang kita
rasakan? Tentu kita akan merasa “kecil”, “inferior”, atau “rendah diri”.
Seperti itulah kira-kira penggambaran bagaimana seorang
hamba merasa rendah diri dikarenakan keagungan Allah yang luar biasa.
Allah telah menetapkan syariat bagi segala aspek kehidupan manusia. Apabila
kita melakukan segala sesuatunya berdasarkan syariat-syariat Allah, maka
sesungguhnya segala yang kita lakukan itu adalah ibadah kepadaNya.
Jadi bagi seorang muslim, hidup dan kehidupan manusia
merupakan ibadah kepada Allah.
0 comments:
Post a Comment