Sunday, July 29, 2012

#1 Ibadah


Hikmah Adz Dzariyat 56-58
Narasumber : K.H. Akhyar Syuhada

Tulisan ini merupakan rangkuman pribadi dari apa yang saya dengar/ dapat dari narasumber. Sangat mungkin banyak kekurangannya untuk itu saya sangat terbuka dan berterimakasih untuk segala tanggapan, koreksi dan sarannya J

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (57) إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58)
Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari makhluk dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan pada-Ku. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 57-58)

Allah menyuruh manusia beribadah  bukan untuk kepentingan  Allah, tetapi untuk kepentingan manusia sendiri karena dengan dengan beribadah kepada Allah manusia akan meningkat menjadi mulia (mampu membedakan antara dirinya dan hewan/ makhluk lain).

Sejenak terpikirkan oleh saya, bahwa memang setiap ibadah yang diperintahkan Allah dan dianjurkan RasulNya akan kembali kepada manusia sendiri. Misalnya, sholat yang dijalankan sungguh-sungguh akan membawa ketenangan batin tersendiri, menjadi strategi coping yang ampuh dikala masalah mendera, penenang batin saat dihadapkan pada pilihan yang sulit (sholat istikharah)  ataupun sekadar luapan rasa syukur untuk nikmat dan karuniaNya karena melalui sholat-lah kita berkomunikasi dengan Allah. Begitu pula dengan zakat. Selain memberi kepada orang lain, menurut saya saat berbagi itu sebenarnya kita pun “memberi” kepada diri kita sendiri, dimana saat berbagi itu ada perasaan senang yang kita alami, menambah kelembutan dan kepekaan hati kita akan mereka yang membutuhkan pertolongan. Berzakat tidak hanya sekedar menjalankan kepatuhan, tetapi pada akhirnya mengingatkan kita bahwa karunia Allah untuk kita begitu besar sehingga menerbitkan rasa syukur. Dan bagi saya, rasa syukur itu menenangkan *bener kaan, ujung-ujungnya dampak ibadah akan kembali pada diri kita?hehehe*

Tidak rugi bagi Allah jika manusia tidak beribadah kepada Allah, justru manusia-lah yang akan merugi.
Sebenarnya, kita lah yang butuh beribadah kepada Allah #notetomyself

Adapun pengertian Ibadah dari hasil pemikiran para ulama:
Ibadah itu adalah merendahkan diri, yang timbul dari perasaan hati, disebabkan agungnya yang disembah karena mempunyai keyakinan bahwasanya Dia yang disembah mempunyai kekuasaan yang tidak terjangkau oleh akal hakekat keagungannya (kekuasaannya) itu.
Contohnya, ketika butuh tempat menginap kita bertemu seseorang lalu berkenalan. Dari penampilannya terlihat orang biasa saja. Ia menawarkan pada kita untuk menginap di rumahnya. Sesampainya di rumah kenalan itu, ternyata dia adalah seorang yang kaya raya, rumahnya mewah, fasilitasnya sangat bagus, kekayaan yang kita saja tak pernah membayangkannya. Apa yang kita rasakan? Tentu kita akan merasa “kecil”, “inferior”, atau “rendah diri”.
Seperti itulah kira-kira penggambaran bagaimana seorang hamba merasa rendah diri dikarenakan keagungan Allah yang luar biasa.

Allah telah menetapkan syariat bagi segala aspek kehidupan manusia. Apabila kita melakukan segala sesuatunya berdasarkan syariat-syariat Allah, maka sesungguhnya segala yang kita lakukan itu adalah ibadah kepadaNya.

Jadi bagi seorang muslim, hidup dan kehidupan manusia merupakan ibadah kepada Allah.

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com