Sunday, September 30, 2012

Passion :)

Melakukan sesuatu yang sangat kita cintai dan minati akan membawa aura positif terhadap diri kita. Kita percaya diri, fokus, dan terlebih lagi, bahagia.

Pandji Pragiwaksono dalam How Passion Makes You Sexy

Bahagia

A: Ada senior menasehati. Katanya sebelum kerja, tanyakan pada diri sendiri: pilih minat atau uang? Karena kalau di bidang pendidikan, penghasilannya tidak sebesar bidang (psikologi) yang lain (HRD salah satunya).

Papah: Yaa, pilih minat aja. Kalau menggeluti pekerjaan yang sesuai minat, tentu lebih bahagia. Hidup ini mencari bahagia, toh?

A: :')

Thanks Papah, untuk selalu menjagaku supaya tetap fokus! Hehehe
Sunday, September 23, 2012

Doa


Allah, jadikan setiap harap agar tak berlebihan, 
agar setiap rasa selalu dalam kadarnya, 
agar tiap cita tetap terbingkai dalam niatnya

via @bigzaman.


ngeliat tweet ini di TL dan ngerasa pas banget sama kondisi sekarang. hehehe. Maaf kak Big, ga ijin copas. Yang penting disebut sumbernya dari siapa kan,ya? hehehe

palsu



Kalau bisa disederhanakan, mengapa harus dibuat jadi rumit?
Kalau apa adanya sudah baik, mengapa masih bertopeng?
Ck.

trust



denger percakapan antara (nampaknya sih) suami-istri ini di angkot:

S (Suami): Nanti kamu turun di perempatan X, ya. Mas lanjut...
I (Istri): Lho? Mas mau kemana emangnya?
S: (diam sejenak) Ke situ..
I:  Iiih, kemana? (sambil mencubit lengan suaminya)
S: (sedikit menghela nafas tak sabar) Kerjaan...
I:  Ha? Kerjaan apa? (nada suara sedikit meninggi)
S: Ya kerjaan lah... Nanti kamu habis dari rumah N mau kemana? (mengalihkan pembicaraan)
I:  (raut muka masih menatap suami penuh tanda tanya) Langsung pulang terus... bla..bla..bla..

Dan si Istri pun berhasil ”dialihkan” oleh si suami.
Ia tidak lagi bertanya kemana suaminya akan pergi dan mau apa.
Secuplik percakapan itu membuat saya berdoa dalam hati,
semoga nanti, suami saya jujur dan percaya sama saya, termasuk mau mengatakan pada istri mau kemana dan akan melakukan apa, terutama soal mencari nafkah.
I think, when we marry someone, we commit that we’ll trust and to be trusted.
We are not only trust on our spouse but also be a spouse who-can-be-trusted.
Because love is a trust and trust needs honesty.


Tulisan ini didasarkan pada tebakan penulis bahwa kedua pasangan itu adalah benar suami-istri dan prasangka penulis bahwa ada ketidakjujuran dari suaminya.
Wednesday, September 19, 2012

Ujungnya Teteeup...

another chat, between a daughter and her lovely father :D
 
A: Pah, perusahaan gajinya lumayan gede ternyata (untuk S1 Psikologi).
P: Hmm.. (baca koran, yang bikin anaknya kurang yakin beliau mendengar isi perkataannya barusan. Laki-laki kan ga bisa multi tasking :p)
A: Kayanya lumayan deh kalo setahun, terus ditabung, buat lanjut S2.
P: Hmm.. (masih baca koran)
A: Kemaren ada temen yang ngelamar di Pelindo. BUMN gitu, Pah. Gajinya lumayan, 7 jt buat fresh-grad, belum termasuk tunjangan lain-lain. Udah gitu kalo bagus kerjanya, ada kesempatan di sekolahin S2.
P: (akhirnya, menepikan koran yang dibaca, menatap saya). Kalo di perusahaan atau BUMN gitu, kerjanya apa? HRD?
A: Iya...
P: Minat kamu bukannya di Pendidikan dan Anak?
A: Iya siih. Kerja di perusahaan niatnya emang nyari duit doang. Kan bisa nabung buat S2, ntar.
P: Sabar. Yang penting, kerja di bidang yang kamu minati. Pilih yang buat kamu enjoy. Kalo enjoy dan tekun kemudian jadi ahli dibidang itu, uang akan mengikuti dengan sendirinya, kok. Kalo masalah S2 pasti ada jalan nanti.. Jangan terpaksa bekerja di bidang yang kamu ga minat, itu tersiksa nanti.
A: (manggut-manggut) Hmmm.. bener juga sih...
P: Perempuan suka ga sabar ih. Sama kaya milih-milih pasangan, maunya sama yang udah mapan. Kalo mau sama yang mapan sih nikah sama om-om seumuran papah gini nih.(lanjutin baca koran)
A: Laaaaah?? Kenapa jadi ke situ deh???! *ngakak*

A: Thanks for the advice, pah. Masalah  pasangan, yang penting dia bersemangat mengingat Allah dan bersemangat menafkahi keluarganya dengan harta yang halal (pekerja keras), itu cukup ;)
Teteuuup yah ujungnya mah jodooh xD

Gubrak! xD

Percakapan keponakan saya, Raeesa (R) dengan ibunya (I).

I : Icaaa (panggilan Raeesa), Ica kan lagi batuk, jadi tidak makan e'em (sebutan Raeesa untuk es krim) dulu ya?

R : (muka polos) Iyah!

I : Ica harus rajin minum obat yah?

R : (masih, muka polos, mata bulat, besar, bening, bikin gemesss :D) Iyah!

Kemudian, nampaknya sang ibu berusaha mengklarifikasi apakah pesannya tadi sampai atau tidak.

I : Ica ga boleh makan e..... (maksud ibunya 'makan e'em')

R : ....eeem!

I : Teruuus, Ica harus rajin minum o.... (maksudnya 'minum obat')

R : ...baaat!

I : Nah, pinteer! Oke deeh, Ica sekarang mau minum obat kaan?

R : Engga (terus nyuekin ibunya, asik main sendiri)

*GUBRAK!!*



Thursday, September 13, 2012

Tentang Perasaan

Senaaang dan bersyukur banget nge-like fan page nya Bang Tere Liye .
Dapet hal-hal inspiratif dari situ, salah satunya ini, tentang perasaan :')
Hari ini saya menemukan note-nya yang berjudul  Urusan Perasaan, Perasaan, dan Perasaan .
Buat saya, sangat mengena di bagian "menjaga kehormatan perasaan", berikut ini copas-annya:

.... Lantas bagaimana sy melewati masa2 galau ini? Lewati seperti kebanyakan remaja lainnya. Lurus. Boleh kalau kalian mau menulis diary tentang perasaan2 kalian. Boleh galau menatap langit2 kamar. Boleh cerita2 curhat sama teman dekat dan orang tua. Boleh, tapi ingatlah selalu perasaan itu punya kehormatan. Kalian pasti sebal kan lihat teman sekelas yg tiba2 datang ke sebuah pesta ultah (padahal dia tidak diundang), sudah tdk diundang, makannya paling banyak, teriakannya paling kencang, paling gaya, norak, tidak tahu malu. Nah, ada loh--bahkan banyak-- orang2 yg tdk sadar kalau dia sebenarnya juga norak dan tidak tahu malu dalam urusan perasaan. Ya, kita sih kadang tdk merasa kalau sudah genit, ganjen, lebay. Sy tahu, istilah menjaga kehormatan perasaan ini boleh jd susah dipahami, tapi itu nyata, orang2 yg bisa menjaga perasaannya, maka se galau apapun dia, sesengsara apapun dia menanggung semua perasaan, besok lusa, kemungkinan untuk tiba di ujungnya dgn selamat akan lebih besar.

Rasanya #jleb #jleb #jleb.
Karena saya termasuk sangat impulsif soal perasaan.
Apa-apa langsung curcol di blog dengan noraknya *postingan ini termasuk norak ga yaa?? :p*
Atau nge-tweet seenak jidat.
Haaaaa, jadi malu sendiri kalo evaluasi kelabilan diri.
Semoga, setelah postingan ini dibuat ga norak lagi ya iiiis!

 

 
Wednesday, September 12, 2012

(tambahan) Doa Sebelum Tidur

Allah, kumohon penjagaanMu.
agar aku tidak larut dalam hal-hal yang membuatku lalai dari mengingatMu.
dan (seperti kata Tere Liye), agar aku selalu bisa membedakan mana simpul nyata dan mana simpul dusta.
Aamiin

Balada Lulus Sarjana

iseng... :p

Ttd.
Pengangguran sementara



Tuesday, September 11, 2012

Belajar dari Belajar Memasak

Belajar Memasak? Iya, akhir-akhir ini, karena banyak waktu luang (maklum pengangguran. hiks), saya mulai (kembali) belajar memasak. Belum yang ribet-ribet sih. Kemarin ini bikin risoles cheese-melt.Yaa, berhubung saya hobi-nya ngemil, kadang suka pengen bikin cemilan sendiri. Heheh.
Selama bikin risoles kemarin dan mengingat-ingat masak-memasak sebelumnya, rasanya saya menemukan beberapa hal positif yang bisa dipelajari dari kegiatan ini. Apakah itu? cekidoot! ;)
1. Belajar Berproses
Ketika kamu memutuskan untuk memasak, ada hal-hal yang harus dilakukan step by step. Mulai dari membeli bahan, mempersiapkan (mengupas bawang, menyiapkan wajan, dll), menggoreng, menumis, daan seterusnya baru kemudian mendapatkan hasilnya, yaitu masakan yang anda buat. Seperti memasak, dalam kehidupan pun ada proses-proses yang harus dilalui untuk mendapatkan hasil. Proses tidak selalu menyenangkan dan berjalan mulus. Adakalanya proses itu menyakitkan. Seperti saat mengupas bawang, siapa sih yang ga akan pedih dan sesenggukan? *lebay*
Tapi toh setelah diiris dan digoreng / ditambahkan ke masakan sebagai bumbu, hasilnya enak kan? *tentu saja pengecualian untuk yang alergi/ ga suka bawang yaa.heheh*
Proses yang "menyakitkan" kadang menyurutkan semangat, bahkan membuat beberapa di antara kita menyerah lalu mundur. Padahal, proses itulah yang kelak akan memberikan makna lebih dari hasil yang didapatkan. Bandingin deh, mana sih yang lebih menyenangkan: handphone yang kamu beli dengan uang hasil kerjamu atau yang tinggal minta ke ortu? Dengan asumsi merk dan tipe HP-nya ga beda jauh yaa. Kalo esia sama Ipad dibandingin sih susyee :p. Setiap kali berproses yang menyakitkan, ingat pepatah klise-tapi-bener ini: what doesn't kill you will make you stronger! ;)

2. Belajar Berlapang Dada
Siapa yang ga kenal frase "lapang dada" ? Yang ga tau pasti ulangan PPKN waktu SD jelek yaa? *nuduh*
Saya sendiri memaknai "lapang dada" sebagai sikap bijak dalam menerima segala sesuatunya, baik maupun buruk. Dalam memasak, tidak semua masakan yang kita buat "berhasil" atau memenuhi standar selera orang pada umumnya. Padahaaal, semua langkah yang tertera di resep sudah dilakukan, bahan-bahan ditakar dengan timbangan biar pas (ini nih tipikal orang belajar masak, apa-apa pake timbangan #selftalk). "Bagaimana hasilnya, tergantung bagaimana berproses" kadangkala tak berlaku. Dapur kayak kapal pecah tapi hasil ga seberapa. Udah capek-capek masak, ga ada yang makan karena emang rasanya yang "ajaib" atau yang dimasakin udah makan di luar. Sebel? IYA BANGET!! *ga nyantai*
Sudah berusaha sedemikian keras, hasilnya ga sesuai dengan harapan dan tidak dihargai oleh orang lain (ya secara mereka ga liat kita "berproses" seperti apa, cuma liat hasil). Sedih. Untuk itulah menurut saya, sikap yang diperlukan menghadapi hal-hal macam ini adalah lapang dada. Menerima bahwa kenyataan itu ga selalu manis, butuh keluasan hati dan pikiran (lapang dada). Menginsyafi bahwa segala sesuatunya adalah proses. Begitupun kegagalan yang dihadapi, bukan dipandang sebagai hasil, melainkan hanya sebagian dari proses panjang menuju keberhasilan. By the way, "kelapangan dada" ini juga merupakan nikmatNya yang harus kita minta loh. Nabi Musa aja meminta dilapangkan dadanya kepada Allah (Thaha : 25). Semoga kita termasuk hamba-hambaNya yang lapang yah :)


3. Belajar Empati
Empati berarti mampu memahami pikiran, perasaan dan keinginan orang lain #ReadItSomewhere . Ketika masak, kecuali kamu tinggal sendiri, seharusnya sih juga belajar mempertimbangkan kesukaan/preferensi orang lain. Berkaca pada ibu saya di rumah, sebelum belanja ke pasar, biasanya beliau bertanya dulu pada mau dimasakin apa. Kebayang ga tuh satu keluarga kalo pengennya beda-beda? Ya, hal itu juga terjadi di keluarga saya. Saat ada keinginan bermacam-macam, ibu mencoba mengambil jalan tengah dengan memasak yang bisa diterima lidah semua anggota keluarga. Kalaupun terpaksa memasak masakan yang disukai papah (yes, he's the commander :p ) tapi ada salah satu di antara anaknya yang ga suka sama masakan itu, pasti ada satu menu yang jadi kesukaan anak. Belajar memasak juga akan membuat kamu menghargai setiap masakan yang dimasakan untukmu. Saya sendiri pernah beberapa kali agak kecewa ketika masakan saya ga ada yang makan, atau ada yang ga suka. Kalo ada yang ga suka, saya masih bisa maklum. Toh setiap selera kan beda-beda. Tapi kalo ga ada yang nyentuh, atau bahkan pada ga ngeh kalo saya masakkin? Huh. Pengen banjir air mata rasanya. Hahah. Ga gitu juga siih :p Tapi emang kecewa rasanya, memasak untuk orang dengan antusias tapi ga dimakan. Makanya, saya pribadi, sekenyang apapun saat pulang ke rumah, setidaknya saya "icip-icip" makanan yang ada di meja makan. Malah kalau bisa di depan yang masak (ibu) makannya. Karena saya yakin dan merasakan, di setiap suapan yang saya makan ada usaha dan perhatian yang tulus dari si pembuat masakan #tsaaah (masakan di rumah loh yaa, lain hal kalo beli di warteg mah :p eh bisa aja sih, perhatian dari penjual kepada pembeli. hahaha).

Yah, sementara ini, tiga hal itu yang saya rasa bisa dipelajari dari belajar memasak. Mungkin kamu punya pendapat lain? hehehe. Btw, jadi kepikiran, kayanya memasak bisa jadi salah satu kegiatan yang bagus untuk anak, mengingat tiga hal di atas itu. Catatan bagi para orangtua, yang telah maupun yang akan ;) Bagaimana caranya supaya tiga hal itu bisa mereka "petik" dari kegiatan memasak? Nah, itu PR kita bersamaa~
*HUUUUUU (dikeplak jamaah)*
Monday, September 10, 2012

Kok Ga Heboh? #Wisuda

Kebaya

X : eh udah bikin kebaya beluuum? aduuh, mau model kaya gimana ya? mana bentar lagiii
Y : gw sih udah ada kebaya waktu jadi pager ayu kemaren.
X : Hoo, gw juga sih. Tapi pengen bedaa. hehehe. Itu buat apa? gladi? wisuda?
Y : hmmm. Gladi kayanya.
X : Trus? Wisuda pake apa?
Y : Kebaya juga, ada tuh punya kakak gue. Udah ga muat di badannya. Hahahah.
X : Oooh. Ih, asik bener sih lu nyantai, ini nyokap udah beliin bahan dari kapan tau. Haha
Y : Hehehe. (dalem hati) ntar juga ketutupan toga :p

Jilbab dan Make Up

di rumah...
X : kamu mau sendiri aja make up nya?
Y : iya, lumayan kok hasilnya. Yang penting ga pucat dan kucel aja kan.
X : beneran? kerudungnya diapain ntar?
Y : biasa aja, segi empat..
X : eh kalo mau di salon X aja, bagus kook
Y : ogaah, takut ketebelan atau menor.
X : iiih, engga kok. Natural juga bisa kali.
Y : enggaaaa. sendiri aja. heheh

di kampus...
X : kakaak! ciee, selamat ya mau wisudaan
Y : Heheh. Makasih.
X : Loh, jilbabnya cuma begini aja nih (model segiempat biasa, tanpa embel-embel)?
Y : Iye. Males macem-macem ah. Hehe.
X : Terus make up-nya cuma gini doang (nunjuk muka yang ber-make up tipis)?!
Y : Iya..
X : Bo'oong! Pasti ntar beda lagi kan, make updan jilbab-nya?
Y : Laah, kagaak. Udah begini aja. Ntar aja deh yang ribet-ribat pas nikah! Hahaha
X : Haha. Dasaar lo kak!

Emang sulit untuk keluar dari "pakem" atau standar yang ada ya. hehehe. Alhamdulillaaah wisuda-an kemarin ga keluar duit banyak buat penampilan :D :D Terimakasih untuk "pinjaman" make up nya mamah, dan kebaya-nya kakaak~
Saturday, September 8, 2012

si bungsu

Harusnya, detik ini juga saya mandi "sore", tapi agak bete dan merasa harus katarsis dengan menulis.
Bete karena ditinggal pergi adik naik gunung.
Padahal tadi pagi bela-belain ga ikut papah-mamah manasik ke Bandung (sementara saya berencana main ke Daarut Tauhiid sambil menunggu orangtua) karena khawatir mengingat adik saya itu sendiri di rumah.
Mungkin begini ya rasanya punya anak remaja nanti? Berada pada fase 'kehilangan' karena anak akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya daripada dengan keluarga (Papalia, 2009) ?
Padahal rencananya malam ini mau ngajak ngobrol terkait rencananya ke depan.
Adik saya ini sudah kelas 3 SMA, namun kayanya belum begitu yakin dan mantap mau kemana setelah lulus.
Pernah ngobrol, ia ingin masuk FSRD ITB
Anaknya emang rada unik sih :D
 dan kayanya emang ga terlalu antusias dengan pelajaran-pelajaran mainstream ala sekolahan. Haha.
Sebagai kakak yang (mencoba) baik, saya ingin ia sukses tentunya, ga salah pilih jurusan, mempersiapkan diri dengan baik, dll.
Habisnya kalo diliat-liat, udah kelas 3 gini masih aja sibuk dengan segala urusan pecinta alam. Dia emang ketua ekskul pecinta alam di sekolah. Setelah diklarifikasi, ternyata baru "pensiun" jadi ketua di semester dua. Duh, agak dag-dig-dug mengingat waktu kelas 3 SMA itu kan pendek, tiba-tiba udah UAN, terus udah SNMPTN.
Seperti kebanyakan siswa laki-laki, adik saya emang terlihat santai.
Tapi ga keliatan belajarnya ni bocah! >> jadi kakak dan mamahnya yang rempong ngeliat kelakuannya.
Kadang, kangen juga ceceritaan bareng sama ni anak.
dan suka lucu sendiri kalo inget-inget waktu dulu, main bareng (tak umpet, abang becak, pak kusir, sampe berantem-beranteman dengan jurus andalan saya: jurus kepiting menggelitik! :D )
Waktu dia kecil, saya cukup sering ngasuh dia soalnya :'')

jaman foto masih pake roll film :D

Naik gunung malem-malem gini??
Khawatir, tapi ga bisa ngelarang juga. Remaja semakin dilarang semakin ngeyel.
Yang bisa dilakukan cuma sekedar meberikan saran, larangan diberikan kalo emang bener-bener ngaco.
Tapi yaa harus hati-hati banget.
Susaaah dan beraat mengurus remaja ternyatah.
Loh, kenapa saya jadi kaya orangtua beneran deh? *tepok jidat*
#Mandi


Friday, September 7, 2012

ternyata...

ga nyangka,
ternyata akan sesedih ini rasanya
ketika menyadari bahwa mungkin tak ada lagi kesempatan untuk kita bertegur sapa
atau sekedar menyunggingkan senyum
ataupun melihat satu sama lain.


Wednesday, September 5, 2012

terjebak

"Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta."
Darwis Tere Liye 
Beware, Ais!

Incredible Incredibox

"Express your musicality, pump it up and chill!"
Kalimat di atas adalah bio di akun @incredible_ , salah satu "hiburan" dunia maya yang saya temukan :D :D
Asik banget loh, kamu bisa bikin human beat box sesuka kamuuu :D check site Incredibox , terus bikin deh human beat box ala kamu. Kapan lagi bisa composing a music? Beat box pulak! :D *berasa anak gaul*
Nih, salah satu "karya" saya :
Afternoon
Kenapa dikasi nama "afternoon"? Karena menurut saya, ini beatbox cocok (kayanya) didengerin sore-sore kalo lagi kejebak macet.hahaha. Ga pas macet juga, intinya didengarkan pas sore hari, selesai beraktivitas. Rrasanya menenangkan tapi ga bikin ngantuk juga :D Jadi maksud saya, dengan beatbox ini rasa lelah sehabis beraktivitas bisa "ditenangkan" dengan mendengarkan beatbox ini, tapiii tetep bikin semangat untuk melanjutkan hari esok! #haseek
Ya, ini sok-sok an saya aja sih sebenernya, ga tau deh kalo didengerin sama orang yang emang udah lama berkecimpung di dunia beatbox. Hahahah.
Yah, namanya hiburan, don't take it seriously lah. santaaaiii, woleees! ;D
Ini beatbox-ku, mana beatbox-mu? ;)
Tuesday, September 4, 2012

Poligami dan Kebahagiaan

tenang, ini ga bahas yang macem-macem. hanya hasil dari mencuri dengar obrolan papah-mamah :p

Papah (P) : Mah, tau ga, hanya 15 % dari keluarga yang poligami itu bahagia...
Mamah (M) : TUH KAAAAN! (nada penuh semangat) ..
P : Nah, ternyata yang 85 % sisanya itu, SANGAT BAHAGIA. HAHAHAHAHA
M: HUUUU!!!!

minta ditimpuk banget ini becandaannya.hahahah.
 

Blog Template by BloggerCandy.com