Meski terbilang baru, ada perubahan yang saya rasakan dari awal penggunaan twitter, sampai saat ini.
Semakin ke sini, rasanya semakin banyak yang menggunakan twitter untuk berdebat. Ga tanggung-tanggung, debat soal agama juga! Beh. Semua orang bebas berpendapat, toh? Betul. Tapi rasanya, untuk hal-hal yang memang banyak diperdebatkan/ mengundang perdebatan, tidak cukup diungkap dalam 140 karakter.
Khawatir, pembaca yang awam akan topik yang diangkat, menjadi salah pemahaman.
Ya bayangin aja, misalnya soal agama. Apa ga gawat ada orang yang salah memahami agama hanya karena gagal paham dengan apa yang kita ungkap di twitter? Hiiii. Naudzubillah.
Ada lagi twit war, sebutan untuk mereka yang saling serang di twitter. Saling sindir tanpa menyebut orang yang dimaksud. Nah ini nih, nyindir siapa-siapa yang kesindir, berlaku banget :p
Belum lagi akun-akun anonim yang kian menjamur seperti panu. Awalnya excited membaca tweet mereka yang seolaaah menyingkap tabir segala kejadian di negeri ini. #tsaah
Tapi lama kelamaan, makin banyak akun anonim dan isinya makin subjektif bin provokatif. Saya sendiri sekarang menghindari membaca tweet akun-akun anonim itu. Selain menurut saya ga baik untuk pikiran saya (karena jadinya berprasangka mulu), bagi saya akun-akun anonim itu....gimana ya, seperti lempar batu sembunyi tangan. Ngomong macam-macam, tapi tidak menunjukkan identitas sebenarnya. Rasanya ucapan-ucapannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tapi ada aja ya yang nanggepin dan mendewakan info dari si anonim ini. Banyak malah.
Haaah. Sekian keluhan saya soal dunia twitter akhir-akhir ini. Saya kangen masa-masa timeline diisi dengan foto-foto makanan, kegalauan labil nan kocak, atau sekedar mengabarkan keadaan sekitar dan...keadaan dirinya (baca: curcol! Haha).
Mungkin ada keluh dan kesah saat itu, tapi masih dalam batas wajar menurut saya. Dan, dulu rasanya yang faking good, pencitraan, atau apalah di twitter ga se-memuakkan seperti sekarang ini deh :p :p
By the way, ini ada quote favorite dari penulis favorit:
Does twitter really reflect our personality? Or is it just another mask we put on to face the world?Indra Herlambang dalam Kicau Kacau
0 comments:
Post a Comment