Hari ini, saya bersama tim
Manggarasi Cerdas Dreamdelion: Farah, Selfi, Eka dan Andy; berkunjung ke
Kandank Jurank Doank. Kandank Jurank Doank (KJD) ini kalau saya simpulkan
adalah sebuah komunitas seni yang merangkul (memfasilitasi) siapa saya yang ingin
belajar kesenian tanpa dipungut biaya apapun. Kelas-kelas yang ada di KJD ini
antara lain kelas Vocal, Violin, Percussion, Guitar dan Theatre. Ohiya,
perintis KJD ini adalah Mas Dik Doank, yang ternyata di sana dipanggil Om
Ganteng, jadi saya akan nyebut Om Gan aja yaa :p Awalnya beliau membentuk
komunitas ini di Kemayoran karena dulu di situlah tempat tinggalnya. Lalu
pindah ke daerah Sawah Lama, Ciputat, tempat yang sekarang ini kami kunjungi.
Sesampainya di sana, pandangan
saya langsung tertuju ke gapura bernuansa pop art, berisikan kumpulan foto-foto
legend Indonesia maupun Internasional: Nike Ardilla, Beatles, Benyamin, dan
lainnya. Ah, saya yang memang senang sekali dengan karya-karya kreatif semacam
itu, langsung antusias ingin menjelajah isi KJD. Benar saja, menurut saya, di
KJD itu setiap jengkal bangunannya mencerminkan kreativitas manusia yang membuat
saya tak hentinya mengucap “woow”, “waaah”, “iiih, keren”, dsb. Apalagi ketika
kami memasuki Museum Kandank Jurank, tempat karya-karya Om Gan dan
murid-muridnya dipajang, bikin ga bosen melihat dan mengagumi setiap karya yang
dipajang di sana. Keren banget! :D
dari kiri-kanan: farah, selfi dan saya, berfoto di depan gapura |
salah satu sudut Museum Doank :D |
Kami disambut dengan ramah oleh
tim KJD, termasuk oleh Om Gan. Kebetulan ketika kami berkunjung sedang ada
festival jazz di KJD. Sambil menunggu check sound, diwakili oleh Ibu Ketua,
Farah Mafaza, kami diminta memperkenalkan diri dan menjelaskan kegiatan
dreamdelion kepada para hadirin. Kami juga ngobrol bareng dengan Mas Dwiki
Darmawan, pencetus festival jazz, yang juga membawa anak didiknya sebagai
pengisi acara, yaitu kelompok musik Farabi. Ngobrol-ngorolnya bukan sembarang
ngobrol, tapi ngobrolin musik Jazz. Waduh, sebagai orang awam, saya agak ngeri
ga bisa mengikuti obrolan ini sebenernya. Tapi Mas Dwiki dan Om Gan, serta seorang
narasumber yang saya lupa namanya (maaf ya, Paaak! Pokoknya beliau suka
terlibat di Java Jazz jadi kita sebut Pak JJ aja ya :p), menjelaskan dengan
bahasa yang cukup ‘ramah’ sehingga mudah dimengerti. Yang menarik itu ketika Pak
JJ menjelaskan asal usul musik Jazz dan Blues. Asalnya dari budak-budak negro
yang sangat religius. Saking religiusnya, ketika mengalami penderitaan, mereka
menumpahkannya dengan bunyi-bunyian berirama. Kenapa? Karena mereka takut jika
mereka mengeluhkan penderitaan, mereka akan di-azab oleh Tuhan. Sebagai contoh,
mereka kepanasan saat bekerja. Alih-alih mengucapkan “aduh, panas banget sih!”,
mereka mengeluarkan irama-irama “yeeeiyeiyeee!” (contohnya agak kampung ya ini,
wakakak) untuk menumpahkan emosi mereka karena cuaca panas. Hmm, kalo istilah
psikologinya semacam katarsis gitu kali ya.
Tim Dreamdelion memperkenalkan diri |
ngobrol bareng Om Gan dan Om Dwiki :D |
Dari obrolan itu juga, saya
menyimpulkan bahwa Jazz itu sendiri tidak melulu harus dikaitkan dengan musik.
Jazz itu bermakna luas, yakni kebebasan dan keindahan. Dalam musik, musisi Jazz
bebas menginterpretasi dan mengaransemen sebuah lagu tanpa terkungkung dalam
lingkup chord tertentu, untuk menciptakan keindahan lain dari lagu itu sendiri.
Jadi kalau saya simpulkan, ketika para musisi memainkan musik Jazz, mereka seperti berbicara lewat
nada-nada yang mereka mainkan karena lewat nada itulah mereka mengekspresikan interpretasi mereka atas lagu itu. Paham ga? Ngga? Sama, saya juga ga paham :))
Selesai ngobrol-ngobrol asik,
kami disuguhi permainan musik dari Farabi. Ini dia orang-orang keren itu.
Farabi |
Mencetak Bangsa Pencipta dengan Menggambar
Selepas istirahat siang, kami
berbincang-bincang dengan Mbak Indah, salah satu pengurus KJD. Kami mengajukan
pertanyaan seputar kegiatan dan metode pengajaran KJD. Beliau mengatakan bahwa
KJD bertujuan membentuk bangsa pencipta. Untuk mencapai hal itu, KJD meletakkan
kegiatan gambar sebagai kegiatan pokok. Menurut Om Gan, melalui kegiatan
menggambar daya cipta; kreativitas dan imajinasi diasah. Melalui kegiatan
menggambar, pola berpikir ‘out of the box’ dibentuk. Om Gan sendiri yang turun
langsung menjadi pengajar dalam kegiatan menggambar. Dalam menggambar mereka
tidak diperkenankan untuk memakai penggaris ataupun penghapus. Tujuannya agar
mereka tidak jadi orang yang peragu atau takut salah. Kalau ada garis/ coretan
yang salah, mereka (murid-murid) harus memperbaiki kesalahan itu dengan
melanjutkan garis/ coretan tersebut menjadi bagian gambar mereka.
Cara mengajarkan gambar cukup
menarik bagi saya. Om Gan biasanya memberikan instruksi dengan bercerita dan menyajikan
objek nyata. Misalnya pertemuan kali ini bertema delman. Selain menyajikan
delman sungguhan di hadapan anak-anak, Om Gan bernarasi, misalnya: “Coba kalian
gambar delman impian. Delman ini kalau di air tidak tenggelam, kalau terjatuh
dari atas tidak rusak..bla...bla..bla”. Jadi, selain ada objek nyata, Om Gan
melalui narasi memberikan kriteria-kriteria ‘delman idaman’. Apakah anak akan
menggambar delman yang bersayap karena mengikuti kriteria ‘kalau jatuh dari
atas tidak rusak’, itu diserahkan pada imajinasi dan kreativitas anak. Objek
nyata diberikan sebagai template dasar saja, penambahan ataupun modifikasi
bentuk lagi-lagi diserahkan kepada murid-murid KJD. Contoh lain, murid-murid diberi
gambar kaos polos kemudian mereka diminta mendesain kaos tersebut. Menurut
keterangan dari Mbak Indah, pemberian template (objek nyata) dan kriteria itu
penting agar anak tidak bingung dan untuk memancing ide-ide kreatif anak. Di awal kegiatan menggambar,
mereka ditekankan untuk serius dalam melakukannya, sebab akan dipilih yang
terbaik untuk dipajang di museum. Kepada murid-murid ditekankan bahwa yang
tidak terpilih untuk dipajang bukan berarti karya mereka tidak baik, hanya saja
itu tanda mereka harus lebih serius dalam mengerjakannya. Penekanan hasilnya pada keseriusan berproses, bukan pada kesempurnaan bentuk :)
to be continue , penulisnya udah ngantuk. hihihi
0 comments:
Post a Comment