Sunday, September 23, 2012

trust



denger percakapan antara (nampaknya sih) suami-istri ini di angkot:

S (Suami): Nanti kamu turun di perempatan X, ya. Mas lanjut...
I (Istri): Lho? Mas mau kemana emangnya?
S: (diam sejenak) Ke situ..
I:  Iiih, kemana? (sambil mencubit lengan suaminya)
S: (sedikit menghela nafas tak sabar) Kerjaan...
I:  Ha? Kerjaan apa? (nada suara sedikit meninggi)
S: Ya kerjaan lah... Nanti kamu habis dari rumah N mau kemana? (mengalihkan pembicaraan)
I:  (raut muka masih menatap suami penuh tanda tanya) Langsung pulang terus... bla..bla..bla..

Dan si Istri pun berhasil ”dialihkan” oleh si suami.
Ia tidak lagi bertanya kemana suaminya akan pergi dan mau apa.
Secuplik percakapan itu membuat saya berdoa dalam hati,
semoga nanti, suami saya jujur dan percaya sama saya, termasuk mau mengatakan pada istri mau kemana dan akan melakukan apa, terutama soal mencari nafkah.
I think, when we marry someone, we commit that we’ll trust and to be trusted.
We are not only trust on our spouse but also be a spouse who-can-be-trusted.
Because love is a trust and trust needs honesty.


Tulisan ini didasarkan pada tebakan penulis bahwa kedua pasangan itu adalah benar suami-istri dan prasangka penulis bahwa ada ketidakjujuran dari suaminya.

0 comments:

Post a Comment

 

Blog Template by BloggerCandy.com