Entah kenapa, kata “prasangka”
cenderung saya artikan negatif jika mampir di telinga. Dan tulisan ini juga
menggambarkan prasangka-prasangka (negatif) saya terhadap pengalaman/ kejadian/
fenomena di sekitar. Duh,saya tau berprasangka negatif itu dosa. Tapi hal ini
terkadang muncul begitu saja, dan tentu saja, tidak saya biarkan larut terlalu
lama. Selalu saya atasi dengan berbaik sangka kemudian. Jadi mekanisme-nya
gini: berprasangka (negatif) – inget dosa – takut – buru-buru ubah mindset
untuk berbaik sangka.
Ah, kenapa jadi berbelit-belit gini?
Ahahaha. Baiklah, intinya saya iseng pengen nulis reaksi spontan saya,
berupa prasangka terhadap pengalaman/ kejadian/ fenomena di sekitar. Cekidooot!
1. Membaca tweet seorang teman “gua mah ga galau” --> ini bocah lagi galau tapi dalam tahap
denial atau apa ya? ahahaha. Entah kenapa saya melihat tweet itu sebagai bentuk
defense mechanism. Hihihii. Maafkan akooh temaaans!
2. Seorang ibu menghampiri saya, mengaku kehabisan ongkos. Awalnya minta
30.000. Dengan lembut (ehem), saya menolak. Ibu itupun menurunkan harga jadi
25.000. Saya tetap teguh untuk tidak memberi. Akhirnya Ibu itupun banting
harga: 10.000 AJA GA ADA JUGA, DEK??. Saya tetap kukuh mengatakan tidak.
Akhirnya, ibu itu pun pergi dengan muka masam. --> entah kenapa hal ini seringkali saya alami di
tempat yang berdekatan: di kampus dan sekitarnya, di angkot dari Depok menuju
rumah. Bahkaaaan, saya pernah mengalaminya dengan pelaku yang sama. Bedanya
kemaren ga pake jilbab, hari berikutnya pake jilbab. Dua tokoh dari orang yang
sama namun tak serupa ini sama-sama
mengaku kehabisan ongkos. DOH! Makanya tiap didekati ibu-ibu yang mengaku
kehabisan ongkos, kata pertama yang terlintas di benak saya adalah:
p.e.n.i.p.u.a.n
3. Melihat dua orang laki-laki berjalan bersama --> errr? pasangan? apalagi kalo yang satu-nya
nampak kemayu atau berangkulan/ bergandengan tangan -__- entah kenapa semenjak
masuk Psikologi jadi peka sama pemandangan ini. Terus ngamatin dan seenak udel
men-judge. Maafkan saayaaah
4. Pengamen “gagu” atau yang ngaku-ngaku baru keluar dari penjara --> ngibuuul! atau mungkin bener? tapi saya
ga simpatik sama sekali. Sebenarnya untuk sedekah saya lebih suka ke badan amil
zakat atau rumah zakat. Tapi
kadang mengandalkan hati nurani juga kalo ketemu di jalan.
5. “Ga ada kembalian, mbak” – Mbak-mbak AlfaMart di Kampus saat saya
menyodorkan uang 50ribuan --> bohooooong! *gatel pengen buka laci
kasir*
6. Terima SMS: “Is, lagi sibuk gaaa? :) “ --> ni orang pasti mau minta ‘sesuatu’ deh. Ahahahaha
7. Ketemu mas-mas/ mbak-mbak di angkot yang minta sumbangan untuk masjid
yang letaknya nun jauh di sana, di antah berantah. --> ngibul bukan?
8. Cowok: ”emangnya ga dianter pacar?” --> ini teh emang ’bahasa halus’ cowok untuk
menanyakan ”kamu masih single atau engga” atau cuma pikiran saya aja yang
ke-GR-an?hihihi.
9. ”Is, lagi ada duit ga?” --> ini mau pinjem apa minta?
10. dst
11. dst
Yak. Ternyata cukup banyak hal sederhana yang memancing prasangka saya.
Hampura Gustiiiii...
0 comments:
Post a Comment