Beberapa hari yang lalu, tanpa sengaja saya membaca dua
kalimat yang ditulis oleh anak usia 10 tahun. Bunyinya begini:
Aku adalah X (nama anak itu).Aku adalah anak yang suka dimarahi mamaku dan papahku
Tanpa bisa saya cegah, air mata ini mengalir begitu saja
selesai membacanya.
Sedih sekali rasanya. Rasanya sesak sekali dada ini.
Dari kalimat itu,
terasa sekali ungkapan perasaan yang jujur dari seorang anak usia 10 tahun.
Saya tahu tiap
orangtua memiliki cara yang berbeda dalam mengungkapkan rasa kasih sayang
mereka kepada anaknya.
Termasuk melalui
kemarahan yang mungkin sebenarnya merupakan wujud kekhawatiran.
Yang saya
takutkan adalah, anak ini salah mempersepsikan kemarahan orangtuanya itu.
Besar kemungkinan
ia mengartikan bahwa marah = benci.
Bertanya-tanyakah
ia mengapa ia selalu dimarahi?
Apakah saat ini
ia sedang bingung mengapa ia selalu dimarahi, ”salah saya apa?” ?
Merasa ’kecil’
kah ia?
Ah, ingin sekali
saya memeluk anak itu, erat.
Mengatakan bahwa
semua orang di sekelilingnya menyayangi ia.
Memastikan bahwa
ia tidak merasa dibenci.
Memikirkan hal
ini semua air mata saya malah mengalir semakin deras.
Saya hanya bisa
berdoa dari sini, semoga Allah menjaga perasaannya.
Semoga Allah
melindunginya.
Semoga anak itu
segera merasakan kasih dari orang-orang di sekelilingnya.
0 comments:
Post a Comment