Saya magang jadi asisten guru yang rada gabut.
Kenapa rada gabut? Ya soalnya tiap kelasnya udah ada dua orang guru sebenernya.
Jadilah saya menemani anak belajar, memastikan dan mengingatkan anak untuk tetap dispilin mengerjakan tugas dan bantu-bantu administrasi kelas. Pernah juga sih gantiin guru yang ga masuk. Tapi tetep ga memberikan materi.
Alhamdulillah teteep, daripada lumutan diem aja di rumah. Hehehe.
Waktu pertama kali datang untuk interview (sebelum magang), saya sudah jatuh cinta sama sekolah ini.
Bangunannya unik. Apalagi lobi utama, dindingnya kaca, jadi terbuka dan penglihatan jadi lebih leluasa.
Halamannya cukup luas dengan pepohonan di pinggir-pinggirnya. Kebayang ga sih anak-anak berlarian riang bermain ke sana kemari? :)
Dan, yang paling saya suka, sekolah ini banyak memajang hasil karya anaknya.
Entah itu poster, buku cerita, pohon keluarga, dan lain-lain.
Hal ini mengingatkan akan masa kecil saya, dimana papah membiasakan kami menulis cerita hampir setiap minggunya, menyediakan papan di sisi belakang lemari untuk memajang cerita, gambar, apapun hasil karya saya, adik dan kakak maupun tetangga yang main ke rumah. It feels like I go back to one of my childhood's episode :')
Selain bangunannya unik, segala sudut ruangan terlihat rapih dan bersih.
Kelas-kelasnya juga terlihat terang, dan bersih.
Pokoknya terlihat sangat baik pengaturan cahaya, interior dan desain gedung-gedung sekolahnya itu.
Dan akhirnyaa, tiba juga hari pertama magang!
Jeng jeng jeng....Kyaaaa!! Murid-murid 1 F, kelas pertama yang saya masuki, imut-imut bangeeet >.<
First love saya di kelas itu ada dua.
Pertama, seorang anak perempuan berkulit putih, rambutnya ikal pendek.
Wajahnya smiley face banget. Cantiiik.
Lucunya, entah kenapa, tiap hari menanyakan hal yang sama kepada guru kelasnya:
"Bu Fanny, hari ini aku pulang sama siapa?"
atau sekedar memberikan info:
"Bu Fanny, hari ini mobil jemputanku warna merah"
Dikatakan dengan muka yang polooooos banget.
Kalau udah gitu, guru kelasnya biasanya menanggapi:
"Chessa, kemarin-kemarin pulang sama siapa?"
"Aku? Mmm..pulang sama Owen?"
"Nah, kan tiap hari juga pulangnya sama Owen. Berarti hari ini juga, kan?"
dan Chessa biasanya nyengir. Cengiran khas Chessa :D
Pernah suatu hari, Chessa mendatangi saya dan dengan muka polosnya bilang:
"Bu Ais, kenapa sih semuanya pada ngerebutin aku? Semuanya pada nempel-nempel sama aku"
Dan saya cuma bisa menahan tawa.
Pede banget sih Chessaaaa! Hahahaha. Gemeeeess *cubit cubit*
Yang kedua, anak perempuan juga. Namanya Yasmin.
Rambutnya kayak Dora The Explorer.
Kulitnya sedikit sawo matang, dan suaranya itu lovely bangett.
Udah gitu anaknya ekspresif, mirip banget sama keponakan sayaa :D :D
Pernah, saya lihat Yasmin yang biasanya enerjik dan riang mendadak sedikit murung saat waktu lunch.
Ooo, ternyata, Yasmin sedang dihukum sama bunda-nya tidak dibekali lunch karena Yasmin sering tidak menghabiskan lunch-nya.
Waktu itu saya pikir, tega banget ini bunda-nya sampe kasih hukuman begitu.
Eh taunya cukup efektif loh.
Setelah itu Yasmin jadi menghabiskan lunch-nya.
Wooow, boleh nih jadi referensi buat jadi ibu ntar :p
Masalahnya, tega apa engga kita sebagai significant others (Orangtua/Guru/Pengasuh) memberikan hukuman pada anak. Wainiii nih. Harus belajar "tega" sama anak! *pasang tampang angker, tapi gagal karena susah nahan ketawa -_- *
Ohiya, terkait dengan pengajaran di kelas, dua minggu ini saya memfokuskan diri untuk mengamati manajemen kelas yang dilakukan oleh guru. Apa itu manajemen kelas? IMHO, intinya sih bagaimana guru mengelola kelas agar kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif dan materi dapat diterima anak secara optimal.
Dari hasil pengamatan, ada beberapa hal menarik yang saya dapat terkait manajemen kelas,
khususnya di level bawah (kelas 1):
1 Mengatasi
suasana yang tidak kondusif untuk belajar (siswa tidak tertib, teralih
perhatiannya, dll), cara yang dapat dilakukan adalah:
· Mengajak
siswa bertepuk tangan 1/2/3 kali. Prakteknya begini, ketika siswa ribut, guru
bertepuk tangan sebanyak 2 kali, lalu siswa mengikuti. Guru kemudian bertepuk 3
kali, siswa mengikuti. Begitu seterusnya sampai dirasa situasi sudah kondusif.
Tapi untuk yang ini sudah dibuat kesepakatan kelas sebelumnya, jika guru
bertepuk tangan, siswa wajib mengikuti.
· Menukar
posisi duduk. Misalnya diatur sesuai kemampuan, yang cepat menangkap materi dipasangkan
dengan yang kemampuannya setara, begitupun sebaliknya.
· Memberikan
pilihan dengan konsekuensinya, contoh: “Sudah siap belajar? atau mau berbaris
lagi di luar kelas?”
· Mengingatkan
siswa akan aturan kelas (class beliefs) yang sudah disepakati sebelum
kegiatan belajar berlangsung. Contohnya, menghargai guru dan teman,
mendengarkan ketika ada orang yang berbicara, dsb.
2 Memberitahukan kepada siswa mengenai perilaku
yang diharapkan tanpa menceramahi siswa secara langsung, dengan :
·
Memuji siswa yang berperilaku baik (tertib) di
hadapan siswa yang lain.
·
Mengucapkan “thank you ...(nama siswa)” kepada
siswa yang duduknya rapih.
·
Mempersilahkan siswa yang duduknya tertib untuk
terlebih dulu keluar kelas/ ke kantin
3 Mempersiapkan siswa untuk belajar. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengingatkan siswa akan materi sebelumnya melalui diskusi
kelas, kemudian dapat dilakukan aktivitas yang menyenangkan seperti bernyanyi
tetapi tetap berkaitan dengan materi selanjutnya (contoh : bernyanyi ‘five
little monkeys’ ketika akan belajar materi pengurangan pada pelajaran
matematika). Kegiatan yang menyenangkan bisa juga memberikan contoh-contoh yang
familiar dan diidolakan anak, seperti tokoh animasi, dll. Hal tersebut saya
lihat cukup memotivasi siswa untuk terlibat aktif pada kegiatan belajar
Yak, sekian dulu laporan magang minggu ini.
Doakan saya ya temaaan, niat saya magang memang untuk belajar banyak hal tentang mendidik anak dan sekolah tentunya. Semoga :)
0 comments:
Post a Comment