Manusia, secara alami, akan terkotak-kotak dengan
sendirinya, baik sadar maupun tidak sadar.
Kotak-kotak terbentuk berdasarkan kesamaan/ kecocokan
pemikiran, hobi, karakter, gaya hidup, dan sebagainya, dan sebagainya.
Kotak besar sangat mungkin tersusun dari kotak-kotak yang
lebih kecil. Kotak-kotak yang lebih kecil tersusun dari kotak-kotak yang lebih
kecil lagi.
Tidak ada yang salah menjadi bagian dari suatu kotak, kawan.
Yang kurang bijak adalah membenturkan satu kotak dengan yang
lainnya, lewat prasangka.
Tidak bisakah kita, berada dalam kotak masing-masing, dan
berjalan bersisian?
Pada satu waktu, saya naik Transjakarta, melewati sebuah jalan. Di satu sisi jalan berdiri Masjid Istiqlal, sementara di seberang berdiri Gereja Katedral. Entah mengapa letak kedua bangunan itu memberi insight tersendiri bagi saya: 'bersebrangan', dua kotak yang berbeda, tapi toh berdiri bersisian. Mengingatkan saya akan seseorang yang membicarakan suatu aliran dalam Islam, dengan tendensi tertentu. Kecewa rasanya, menemukan bahwa beberapa di antara kita masih terpaku pada perbedaan alih-alih persamaan yang mendasar: Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul, dengan Al Qur'an dan Hadits sebagai pedoman.
Kita berada dalam kotak yang sama, saya rasa, tidak ada alasan untuk tidak berjalan bersisian.
0 comments:
Post a Comment