Narasumber: K.H. Akhyar Syuhada
Tulisan ini merupakan rangkuman pribadi dari apa yang saya
dengar/ dapat dari narasumber. Sangat mungkin banyak kekurangannya untuk itu
saya sangat terbuka dan berterimakasih untuk segala tanggapan, koreksi dan
sarannya J
Al Isra ayat 36
(diterjemahkan per kata)
Dan jangan kamu ikut apa-apa yang engkau tidak memiliki ilmu tentang itu. Sesungguhnya penglihatan dan pendengaran dan hati semua itu adalah daripadanya akan ditanya (maksudnya akan dimintai pertanggungjawabannya).
Ayat ini merupakan dalil
diharamkannya taqlid, yaitu mengikuti (sesuatu) tanpa ilmu. Mengapa? Karena
apa-apa yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat nanti:
mengapa kamu shalat seperti itu? Mengapa kamu melakukan puasa? Dan sebagainya.
Mengabdikan diri kepada Allah harus dengan ilmu, misalnya mengerti sholat untuk
apa, bagaimana caranya, dan sebagainya.
Mendengar
Menurut ulama ada 3 tingkatan
mendengar:
- 1. Menerima suara dengan pendengaran
- 2. Memahami apa yang didengar
- 3. Mengamalkan apa yang dipahami melalui pendengarannya itu
Seseorang
dikatakan telah “mendengar” jika ia sudah sampai tahap ketiga. Sebagai contoh:
Seorang bapak meminta tolong kepada anaknya untuk melepaskan ayam dari
kandangnya, lalu mengisi gentong air sepeninggal ia ke ladang.
B (Bapak) :
Nak,Bapak mau ke ladang dulu. Nanti ayamnya tolong dilepas dari kandang, terus
gentong airnya diisi ya?”
A (anak) :
(mendengarkan permintaan bapaknya dan mengangguk tanda mengerti)
Namun, alangkah
terkejutnya si Bapak sepulang dari ladang. Ayam masih terkurung di kandang dan
gentong air masih kosong. Sementara anaknya bermalas-malasan di tempat tidur.
Bapaknya pun marah dan berkata:
B : Nak, apakah
kamu tidak mendengar perkataan bapak tadi?!
Anak ini memang
mendengar suara bapaknya ketika memberikan tugas kepadanya dan memahaminya,
namun ia tidak melaksanakan apa yang ia dengar dan ia pahami. Jadi, bisa
dikatakan bahwa ia tidak mendengar.
Melihat
yakni menerima informasi melalui penglihatan.
(Iyalah ya semua juga tau. hahaha. Eits, inget ini masih konteks ayat Al Qur'an.hehehe)
Dalam Surat ‘Abasa ayat 24-32, Allah memberikan pelajaran
pada manusia untuk melihat secara lahir dan batin (di awal ayat 24 ada kata “falyan(g)ZHURI”;
zhuri yang diartikan melihat/memperhatikan
berasal dari kata nazroh = pandangan batin), mengajarkan manusia untuk tafakur,
melihat segala sesuatunya untuk kemudian dikaitkan (diasosiasikan) dengan keimanan
kepada Sang Khalik, Allah SWT
Apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar, akan
disampaikan pada hati. Kebayang kan akan seperti apa hati manusia yang dalam pendengaran dan penglihatannya selalu dikaitkan dengan keimanan kepada Allah? Jadi, biasakan melihat dan mendengar hal-hal yang baik
ya, aiiiis J
Bicara soal taqlid, tiba-tiba
kepikiran dengan perkuliahan. Jika di
perkuliahan diajarkan bahwa dalam menuliskan, mengemukakan pendapat, hingga
melakukan sesuatu itu harus ada dasar yang ilmiah (referensi dari buku, hasil
penelitian, dll), harusnya pengajaran agama juga menekankan “dasar ilmiah”
dalam setiap ibadah (ibadah mahdhoh/khusus terutama) yang dilakukan. Dasar “ ilmiah” agama Islam tentunya Al Qur’an dan hadits. Bismillah, semoga kita terhindar dari ibadah-ibadah
bid’ah dan tidak pernah surut akal dan semangat dalam mengenalNya.
0 comments:
Post a Comment