Aku diam, mendengarkan ayah. Selalu menarik bagiku jika ayah membahas pengertian kata seperti ini.
"Maksudnya 'tertutup' di sini adalah tertutup dari tanda-tanda kebesaran Allah, Nak. Seringkali orang-orang menyebut 'orang kafir' seolah mereka adalah penjahat"
Aku menganggukkan kepalaku. Ya, akupun merasakan hal yang sama. Mendengar kata 'orang kafir' asosiasi yang muncul adalah 'jahat' atau 'patut dijauhi'. Setidaknya pengalaman dan pengamatanku menunjukkan hal itu.
"Padahal, tidak ada yang lebih patut dikasihani daripada orang-orang yang tertutup mata, telinga dan hatinya dari Allah"
".........."
"Berlaku lembut lah, Nak, kepada mereka. Hidayah Allah itu bagaikan berlian. Ketika kau ingin memberikan berlian kepada seseorang dengan melemparkannya, orang yang dikenai berlian itu hanya akan merasa sakit. Ia tak menyadari maksud baikmu maupun hal bernilai yang ingin kau berikan, ia hanya tahu kau menyakitinya. Tentu akan berbeda jika kau memberikan berlian itu dengan cara yang pantas, terlebih jika disertai senyuman, bukan?"
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad,
melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107).
*terinspirasi dari obrolan singkat tentang arti kata 'kafir' bersama papa*