setelah nge-tweet ini, saya dicengin (diledek) sebagai gadis FPI :p *pasang sorban, kibarkan panji-panji* ada juga yang me-respon "..dan kita harus tabayyun juga, is, untuk tau apakah ustadz solmed dan habib riziq beneran ngomong gitu :p" :))
terlepas dari ketidaksukaan anda (dan saya) akan cara-cara FPI dalam menegakkan 'amar ma'ruf nahi munkar', saya pikir pernyataan tersebut cocok sekali untuk kondisi sekarang ini. Kondisi di mana informasi beredar sedemikian banyak dengan judul yang seringkali tidak mewakili isi berita. Contohnya, ada judul berita: "MUI Haramkan bla..bla..blaa", eeeh pas dibaca isi beritanya ga ada satupun pernyataan dari MUI yang ditulis terkait fatwa haram tersebut. Kan aneh. Ini pernah tak sengaja saya amati di TL. Salah seorang follower men-tag seorang career coach terkenal atas judul tersebut. Ceritanya follower itu minta pendapat si coach. Lalu apa jawaban si coach? Katanya, "Kayaknya ga ada pernyataan bahwa MUI mengharamkan 'itu' deh. Coba dicermati isi artikelnya :) " Jedaaaaarrrr! Ketauan nih yee cuma baca judulnya doang atau cuma diliat sepintas isi artikelnyaa~
Yah, mau ga mau, suka ga suka, kita dituntut untuk mengklarifikasi setiap berita. Apalagi di jaman medsos macam twitter sekarang ini, berita sangat mudah didapat. Enak 'dilahap' padahal isinya "bahan kimia/ pengawet/ MSG" semua. Palsu :p
Kalo ga mau usaha ber-tabayyun, bisa banget kita jadi berprasangka/ nuduh/ caci maki orang sembarangan. Ngeri, sob.
Yuk, belajar tabayyun. Jangan sampai terpecah belah, berantem sama sodara sendiri gara-gara males kroscek.
"..tidak bisa ada persatuan, kalau tidak ada kesepahaman. Tidak bisa ada kesepahaman, kalau kita tidak memahami diri kita dan memahami pihak lain" Prof. Quraish Shihabdan saya rasa tabayyun itulah usaha kita memahami pihak lain :)
0 comments:
Post a Comment